LightBlog

Wednesday, July 22, 2020

Belajar Dari Fase Kehidupan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam

Lupakan pembahasan soal #Klepon!!!
Dua malam yang lalu saya bertemu guru saya ustad Obi Ala Rotbi. Alhamdulillah kami sempat ngobrol singkat. Meski singkat, bagi saya apa yang beliau sampaikan itu 'daging' banget. Yaitu seputar fase-fase kehidupan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang bisa dijadikan cerminan hidup terutama oleh anak-anak muda yang saat ini sedang mengejar mimpi dan cita-citanya seperti saya. Bigini kira-kira resume obrolan kami;
Sebaik-baiknya contoh dan teladan dalam kehidupan adalah Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, begitu mukadimahnya. Kalau kita ingin berpatokan apapun itu, bisnis, rumah tangga, karir, dan sikap hidup, berpatokanlah kepada Rasulullah. Rasulullah itu dalam setiap fase kehidupannya adalah cermin bagi kita, cermin yang harus kita ikuti, gerakannya, tingkahlakunya, akhlaknya, sikapnya dan lain-lainnya.
Bercermin dari fase pertama kehidupan Rasulullah. Fase pertama yaitu Rasulullah sudah merasakan kesedihan, terlahir sebagai yatim, di asuh oleh ibu asuh. Jadi masih tergolong manusia yang beruntung jika kita terlahir dalam keadaan orangtua masih lengkap.
Fase kedua, rentang waktunya kira-kira usia 12 tahun, Rasulullah sudah belajar berdagang dengan mengikuti jejak pamannya Abu Thalib. Dari sinilah bisa dibilang bakat berdagang Rasulullah terasah. Sehingga di usia 17 tahun Rasulullah sudah bisa menjadi pemimpin sebuah ekspedisi perdagangan lintas wilayah.

Fasenya terus berlanjut hingga usia 25 tahun. Rasulullah di percaya untuk mengelola bisnis saudagar kaya, Siti Khadijah radhiyallahu ‘anhu. Usia 25 tahun Rasulullah menikah. Usia matang untuk seorang laki-laki untuk menikah. Ini bisa menjadi patokan untuk para jomblowan. Kalau ingin mengikuti sunnah Rasul, menikahlah di usia itu. Kalau saya dulu gak nyunnah, karena menikah di usia 23 tahun. Hehehe...

Fase selanjutnya, setelah Rasulullah menikah, lalu ekonomi yang mulai mapan, bisnis yang sudah berjalan. Rasulullah mulai memikirkan keadaan atau kondisi umat pada saat itu. Rentang usianya saya kurang hafal, khawatir salah. Yang jelas, fase memikirkan kondisi ummat ini sampai ke tingkat paripurna di usia 40 tahun saat Rasulullah di pilih langsung oleh Allah untuk menerima wahyu dan tugas kenabian. Dari situlah perjuangan dan tantangan dakwah di mulai.

Singkatnya, itulah fase-fase ideal untuk kita jadikan cerminan. Di usia berapa kita akan memikirkan diri sendiri, memikirkan masa depan. Kalau melihat Rasulullah. Beliau mulai memikirkan kehidupannya supaya mandiri itu di usia 12 tahun sampai 25 tahun, dimana pada fase usia tersebut, Rasulullah belajar berdagang, bahkan menggembala kambing, membangun bisnis dan menikah. Ini adalah fase memikirkan diri sendiri untuk masa depan. Karena banyak di era saat ini, anak muda usia 20 atau 25 tahun yang masih tidak memikirkan masa depannya, dia kurang peduli dengan dirinya, kedepan mau ngapain, mau jadi apa, yang penting mah jalani saja apa adanya. Sementara Rasulullah di usia tersebut sudah mandiri secara ekonomi.

Selanjutnya, setelah Rasulullah memikirkan dirinya. Fase berikutnya Rasul memikirkan ummat, memikirkan bagaimana hidupnya bisa bermanfaat untuk orang banyak. Itu juga penting dijadikan cerminan oleh kita. Kita yang saat ini bisa mandiri secara ekonomi. Kalau mau mengikuti fasenya Rasulullah, maka sudah harus mulai memikirkan oranglain. Memikirkan bagaimana harta yang di dapat, baik dari bekerja atau bisnis itu bisa membawa manfaat bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi untuk oranglain. Mungkin bisa dengan cara, membangun lembaga pendidikan, membuat yayasan sosial, atau berinfak secara rutin kepada para penghafal qur'an, dan lain sebagainya.

Dan dari obrolan tersebut, ustad Obi mengingatkan saya. Bahwa kalau saya saat ini sudah memasuki fase memiliki bisnis, punya penghasilan dan mandiri secara ekonomi, maka sudah harus mulai ke fase berikutnya, dimana harta yang di dapat atau ilmu yang dimiliki sudah harus di amalkan agar bermanfaat bagi ummat, bagi bangsa, bahkan bagi negara. Bismillah, InsyaAllah saya bisa. Wallahu'alam. 

Ditulis Oleh : Adi Fikri Humaidi (Digital Marketing Strategist Orlin Indonesia)

No comments:

Post a Comment

LightBlog