LightBlog

Saturday, July 10, 2021

Cara Jualan Online Tanpa Perlu Banting-bantingan Harga


Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa kalau jualan ingin laris atau laku itu harganya harus dimurahin. Kalau bisa, jauh lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh kompetitor. Dalam bisnis online keluhan sering saya dapatkan dari teman-teman yang jualan di marketplace. Bagaimana persaingan harga bisa kita lihat dengan jelas, satu jenis produk bisa punya harga yang berbeda di setiap lapak. Kita bisa search harga satu jenis produk dari termurah sampai termahal. Artinya ini apa? Artinya di marketplace tersebut tidak ada ketetapan harga dari satu jenis produk, terserah yang punya lapak mau jual berapa, yang penting banyak orang mampir ke lapaknya, dan produknya ada yang beli.

Kalau seperti itu, jelas berbahaya bagi kelangsungan bisnis. Bisa ancur-ancuran kita untuk mempertahankan bisnis. Seolah keren punya omset banyak, tapi pas di konversi ke profit ternyata zonk. 

Lalu apa yang harus di lakukan agar kita bisa jualan online tanpa harus banting-bantingan harga, dan kita bisa menjual produk sesuai harga standar yang dikeluarkan oleh produsen?

Jawabannya ada pada BRAND. Apa sih brand? Brand itu semacam identitas yang bisa memperkuat posisi kita. Brand yang bisa diperkuat dalam bisnis itu ada 3 macam, yaitu Produk, Store (Toko) dan Personal Branding. Dari ketiga hal tersebut untuk awalan kita pilih mau memfokuskan diri untuk memperkuat yang mana. Apakah di produknya, di tokonya, atau pada diri kitanya (personal branding).

Apa Keuntungan Membangun Brand?

Brand itu asset. Asset itu harus dipelihara dengan baik. Mari kita bahas satu-satu dari ketiga jenis brand yang saya sebutkan tadi. Pertama soal produk. Teman-teman pasti tahu produk merk Apple, Samsung, Canon, Nikon, atau Honda dan Yamaha. Sepengetahuan saya mereka adalah contoh brand-brand yang kuat karena produknya. Orang percaya dengan brand mereka karena kualitas produk yang di bangunnya. Lihat Apple, semahal apapun Apple mengeluarkan produk, tetap banyak orang yang antri membeli produknya, itu karena apa? Salahsatu alasannya adalah, produknya bagus, kerena, terlihat berkelas saat kita menggunakan produknya tersebut. Itulah brand yang mereka bangun, dan kita tanpa sadar kita sudah masuk ke strategi pemasaran mereka.

Tahu Canon dan Nikon? Yups merek kamera, yang kebanyakan fotografer atau yang punya hobi fotografi, kalau cari kamera, khususnya kamera DSLR, pasti milih satu di antara dua merek tersebut. Kalau gak Canon ya Nikon. Nah saya sendiri punya keduanya, hehehe. Kenapa kira-kira? Banyak versi jawaban, tapi kalau saya sendiri ditanya, yak arena produknya sudah familiar, banyak orang yang pakai.

Bahkan untuk menguatkan brand produk mereka, canon dan Nikon itu sampai membuat komunitasnya masing-masing, ada Komunitas Canon dan Komunitas Nikon. Tujuannya apa kira-kira?

Salahsatunya agar orang yang menggunakan brand mereka bisa saling bertukar informasi, berbagi ilmu, sehingga mereka yang berada di komunitas tersebut bisa saling menguatkan, ada rasa bangga menggunakan brand baik itu Canon ataupun Nikon. Bahkan teman saya sampai ada yang fanatik, kalau gak Nikon mending gak usah beli kamera. Luar biasa sekali kalau kita bisa seperti itu, menciptakan fanatisme orang terhadap produk kita.

Di Indonesia, kalau kita lihat kendaraan roda dua (motor) yang berkeliaran di jalanan, kebanyakan kalau gak Honda ya Yamaha. Kedua brand tersebut telah berhasil membuat kita percaya bahwa Yamaha dan Honda itu motor yang irit, harganya terjangkau, dan yang paling penting onderdilnya mudah di cari, jadi tidak repot harus mencari bengkel saat harus service. Sekali lagi, itulah brand yang mereka ciptakan agar orang tetap menggunakan produk mereka.

Lalu apa itu Brand Store? Nah kalau ini yang diperkuat adalah tokonya, atau nama tokonya. Teman-teman pasti tahu lah bagaimana Alfamart dan Indomaret. Rasa-rasanya saat ini kedua brand toko tersebut sudah ada di semua wilayah Indonesia, mulai dari perkotaan hingga pelosok desa. Betapapun banyak orang yang beranggapan bahwa kedua brand toko tersebut di anggap mematika pedagang-pedagang kecil seperti warung-warung sembako dan toko kelontongan skala kecil milik masyarakat, bahkan di beberapa wilayah, termasuk di daerah saya saat ketahuan aka nada pembangunan Alfamart atau Indomaret pasti ada semacam demonstrasi yang di lakukan aktivis mahasiswa ataupun LSM yang menolak keberadaan kedua brand tersebut di wilayahnya. Tapi faktanya, tetap saja banyak orang yang membeli kebutuhan sehari-harinya baik di Alfamart ataupun Indomaret.

Pertanyaannya, apa yang di lakukan Alfamart dan Indomaret sehingga tetap bertahan dan semakin banyak jumlahnya dari waktu ke waktu? Kita bisa cari jawabannya sendiri ya.

Nah yang terakhir adalah Personal Branding. Saya akan langsung sebut nama saja. Tahu Deddy Corbuzier atau Sandiaga Uno ya? Pasti tahu lah.

Kira-kira kalau seorang Deddy Corbuzier jualan alat-alat olahraga atau multivitamin banyak orang yang beli gak? Terus, kalau Sandiaga Uno buka perusahaan, lalu ngajak orang untuk gabung atau berinvestasi di perusahaannya tersebut kira-kira banyak orang yang gabung gak? Jawaban dari keduanya, pasti banyak banget orang yang beli dan bergabung. Kenapa?

Pertama, kenapa sosok Deddy Corbuzier bakalan laris kalau seandainya dia jualan alat-alat olahraga ataupun multivitamin? Yups, karena personal brand Deddy begitu kuat, dia berhasil membangun dirinya sebagai orang yang berbadan kekar, atletis, suka berolahraga, suka makanan-makanan sehat. Selaras kalau dia jualan alat-alat olahraga atau multivitamin, pasti banyak orang yang percaya dan beli produknya. Berbeda hal kalau dia jualan obat penumbuh rambut, kemungkinan besar gak laku. Lah, dia sendiri gak punya rambut. Hehehehe.

Lalu bagaimana dengan Sandiaga Uno yang seandainya dia buka perusaan baru lalu mengajak orang untuk gabung dan berinvestasi di perusahaan barunya terbut. Pasti banyak bergabung, karena apa? Ya jelas, itu karena sosok Sandiaga Uno sudah kita kenal sebagai pengusaha sukses, punya banyak perusahaan. Keberhasilannya mengelola perusahaan sudah tidak kita ragukan lagi, sehingga saat Sandiaga Uno ngajak orang untuk gabung membangun bisnis, dengan mudahnya orang akan ikut dan percaya.

Itulah personal branding. Branding yang melekat pada diri seseorang, seseorang yang memiliki personal branding yang kuat tidak perlu lagi memperkenalkan diri, saya siapa, sebagai apa. Tanpa perlu memperkenalkan diri, orang sudah tahu dan bisa dengan mudah percaya. Terserah teman-teman, mau dikenal sebagai apa, dan sebagai siapa. Tinggal dipikirkan dari sekarang, bangun personal branding.

Itulah tiga pilihan yang bisa kita ambil contohnya dan bisa kita duplikasi agar brand kita semakin kuat. Sehingga kita sudah tidak khawatir lagi soal banting-bantingan harga, karena kita punya harga yang pas dan pantas saat jualan. Selamat mencoba dan semangat belajar ya teman-teman. _AFH_

No comments:

Post a Comment

LightBlog