Derasnya arus Globalisasi memberikan dampak dan tekanan kepada masyarakat luas pada umumnya. Persiapan dan perbekalan yang tidak direncanakan membuat sebagian besar masyarakat banyak yang tidak siap menghadapinya, bahkan dampak globalisasi sangat berefek jelas kepada generasi muda khususnya pelajar, baik dari tingkat bawah sampai dengan tingkat atas, sehingga para pelajar yang seharusnya menjadi generasi harapan yang akan meneruskan langkah dan cita-cita negara malah menjadi generasi patah hati karena bingung dan tidak mempunyai bekal dalam menghadapi tantangan zaman.
Berangkat dari pengalaman penulis, bahwa sekolah yang seharusnya menjadi pondasi untuk para siswanya belum mencakup aspek kehidupan di masa depan yang akan dijalani para siswanya ketika keluar dari sekolahnya tersebut, terutama aspek Mental Spiritual yang seharusnya dimiliki oleh generasi muda dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Banyaknya generasi muda yang tidak memiliki mental spiritual yang cukup mengakibatkan kehidupan yang dijalani tidak seimbang. Karena menurut penulis, percuma seseorang pintar dalam mata pelajaran tertentu apabila kepintarannya itu tidak dibarengi dengan mental untuk merealisasikan kepintarannya tersebut. Bahkan karena kepintaran yang tidak tersalurkan dikarenakan tidak mempunyai mental untuk menyampaikannya ke masyarakat umum, lambat laun mungkin akan hilang karena merasa tidak terpakai di masyarakat.
Penulis berpendapat, bahwa untuk merealisasikan kepintaran atau kemampuan seorang pelajar di masyarakat setelah dia lulus dari sekolahnya itu membutuhkan mental, karena kehidupan di masyarakat yang akan dihadapinya tentunya berbeda dengan kehidupan saat ia di sekolah.
Kurikulum yang ada di sekolah rata-rata tidak ada yang mengajarkan secara khusus mata pelajaran bagaimana cara mengahadapi kehidupan sesudah mereka lulus dari sekolah, bahkan terkesan mengesampingkan pendidikan mental tersebut. Para pelajar pada umunya hanya di jejali mata pelajaran yang belum tentu mereka siap menerimanya, dan seolah-olah mereka dipaksa untuk menerimanya, yang ada pada akhirnya sekolah menjadi seperti sebuah penjara kedua bagi mereka setelah rumah, dan tentunya mereka pun akan mencari tempat dimana tidak ada pemaksaan dan aturan di dalamnya, yang penting mereka bisa bebas walaupun secara rohani dan bhatin mereka tersiksa dan terkurung.
Ada tiga modal utama yang ada pada diri setiap manusia, jika ketiganya itu bisa dipakai niscaya akan menghasilkan sebuah karya yang sangat berguna tentunya. Tiga modal itu diantaranya; Jasmani/Fisik, Akal/Otak, dan Rohani.
Jasmani dan otak mungkin selama ini telah didapatkan dan diberikan di sekolah. Tapi untuk rohani tidak semuanya bisa mendapatkan, karena memang kurikulum sekolah hanya mengajarkan ilmu yang bersifat keduniaan saja, sedangkan ilmu rohani yang umumnya berhubungan dengan kehidupan akhirat sedikit sekali didapatkan dari sekolah.
Perlu di ingat, pelajaran yang mencakup kerohanian hanya diajarakan dalam waktu kurang lebih seratus menit dalam setiap minggunya (2 jam pelajaran). Dan tentunya mental spiritual itu berhubungan erat dengan kerohanian yang dimiliki oleh seseorang. Jadi pantas saja kalau banyak diantara para pelajar kita yang sedikit-sedikit putus asa, frustasi, minder, cengeng dan semacamnya, dikarenakan mental spiritual yang sedikit bahkan tidak dimiliki oleh sebagian banyak para pelajar kita.
Seimbangkan Antara Jasmani, Otak dan Rohani.
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakan neraca (keadilan) supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”. (QS. Ar-Rahman : 7-9).
Ayat tersebut diatas mengajarkan kepada kita untuk berlaku adil dan seimbang sesuai dengan takaran yang seharusnya dalam menjalani kehidupan. Karena sedikit saja kita mengurangi takaran akan sangat berdampak tidak baik kepada yang lain, karena antara yang satu dengan yang lain itu saling keterkaitan dan saling mempengaruhi. Begitu juga dengan tiga aspek yang dimiliki oleh setiap manusia. Jasmani, akal, dan rohani, ketiganya harus di isi dengan takaran yang sama, karena perbedaan salah satu di antara ketiganya akan berdampak pada kehidupan yang dijalani oleh manusia.
Maka penulis berpendapat. Setiap sekolah atau dinas terkait sudah mulai harus memikirkan dan merealisasikan untuk diberlakukannya pendidikan dimana ketiga aspek (jasmani, akal, rohani) itu bisa diterapkan secara bersamaan di setiap sekolah-sekolah. Ini penting, mengingat generasi muda yang saat ini sedang belajar dan menimba ilmu di sekolahnya masing-masing. Mereka di ciptakan bukan untuk menghadapi saat ini, tapi untuk menghadapi zaman dan masa yang akan datang, yang tentunya berbeda dengan apa yang kita hadapi sekarang ini. Tantangan mereka kedepan akan semakin berat, maka kalau tidak disiapkan dan diberikan dari sekarang mau jadi apa mereka? Dan akan seperti apa negara ini jika dipegang dan dikendalikan oleh manusia-manusia yang bermental lemah, yang hanya mengandalkan fisik dan otak saja tanpa hati nurani?. Wallahu’alam.
Pandeglang, 29 Februari 2016
Adi Fikri Humaidi
No comments:
Post a Comment