LightBlog

Thursday, April 26, 2018

Beban Guru Jaman Now

Oleh : Adi Fikri Humaidi

Sejarah dunia mencatat, ketika pertama kali Jepang menghadapi kekalahan di perang dunia ke II karena 2 kota sentral di Negara tersebut (Hiroshima dan Nagasaki) hancur karena di bom atom oleh pasukan sekutu pada waktu itu. Sang kaisar Jepang, Hirohito dengan penuh kekhawatiran langsung bertanya kepada pusat informasi, berapa jumlah guru yang masih hidup? Luar biasa. Begitu pahamnya sang pemimpin akan fungsi guru. Dia tidak putus asa karena negeri yang dipimpinnya hancur lebur. Dia tidak khawatir Jepang akan hancur, selama guru masih banyak yang hidup. Memang tidaklah aneh, hanya dalam waktu yang singkat, Jepang sudah kembali seperti semula sebagai negara maju, salah satunya berkat memaksimalkan fungsi guru dan pendidikan.


Kita semua sepakat, bahwa maju mundurnya sebuah Negara atau peradaban ditentukan oleh sejauh mana kualitas pendidikan di Negara tersebut, dan kualitas pendidikan tergantung dari seberapa besar pengaruh seorang guru dalam memberikan pendidikan, baik itu dari segi keilmuan maupun teladan kepada siswa-siswanya. Karena disadari atau tidak, tanpa harus memberikan contoh secara langsung kepada siswa, setiap gerak-gerik, tingkah, dan ucapan seorang guru merupakan objek yang akan selalu diperhatikan oleh siswa-siswanya.

Semuanya Harus Berperan

Kita semua tentu prihatin dengan peristiwa beberapa hari ke belakang dimana seorang (oknum) guru yang bernama Lukman di sebuah SMK di daerah Purwokerto yang dengan sadarnya berlaku kasar terhadap muridnya, belakangan di ketahui bahwa yang ditampar ternyata berjumlah 9 anak. Peristiwa itu bisa kita lihat langsung di media sosial karena begitu cepatnya tersebar ke jagat maya. Begitu gamblangnya kita menyaksikan adegan kekerasan tersebut. Dan akibat perbuatannya tersebut sang guru harus menjadi tersangka karena terjerat dengan pasal 80 ayat 1 UU No 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Saya tidak akan membahas siapa yang harus disalahkan dari kejadian tersebut, tentu masing-masing pihak punya alasan untuk mempertahankan pendapatnya. Tapi mari kita lihat dari sudut pandang yang lain, Saya harus mengaitkan dengan kondisi zaman now, dimana saat ini kita seolah kehilangan sosok panutan dalam bersikap, baik panutan untuk si guru ataupun panutan untuk siswa.

Saat ini, negara Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang memiliki adab ketimuran semakin hari semakin memudar, kita bisa melihat di media-media baik cetak maupun eletronik, setiap hari bangsa kita disuguhi oleh tayangan dan adegan yang jauh dari unsur pendidikan yang baik bagi pertumbuhan generasi penerus bangsa ini. Pertanyaannya, sejauh mana peran guru sebagai pendidik bangsa membendung arus negatif yang secara perlahan tapi pasti mengikis budaya ketimuran yang dimiliki bangsa ini?

Menjadikan Negara ini memiliki gererasi yang beradab dan berkeadilan seperti yang diamanatkan oleh Pancasila bukan hanya tugas seorang pendidik saja, tapi harus disadari oleh semua pihak dari mulai pucuk pimpinan sampai koloni terkecil di masyarakat yaitu keluarga. Tentu orangtua juga harus berperan aktif, agar masing-masing pihak bisa melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik.

Penulis meyakini apa yang dilakukan oknum guru tersebut saat menampar siswannya bukan hanya disebabkan oleh sikap guru tersebut yang tempramen atau emosian, tapi ada hal lain yang tidak kita ketahui dibalik kenapa peristiwa itu harus terjadi. Bisa jadi itu merupakan luapan emosi yang sudah sangat membesar karena peristiwa-peristiwa sebelumnya, atau bisa jadi pada saat itu sang guru sedang memiliki masalah yang berat sehingga mempengaruhi kontrol emosinya. Dalam hal ini saya tidak layak memberi penghakiman siapa yang salah.

Hanya saja sebagai masyarakat awam, penulis hanya bisa mengajak. Ini adalah tanggungjawab kita bersama. Guru sebagai pendidik, yang ikut menentukan arah generasi penerus bangsa ini kedepan diharap mampu lebih sabar lagi dalam aktivitasnya, karena memang kita tidak memungkiri bahwa beban guru itu sangat banyak sekali, tanggungjawabnya bukan hanya di dunia, tapi memastikan ilmu yang dia miliki bisa diamalkan sesuai perintah Allah SWT. Karena setiap ilmu akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Dengan beban berat tersebut tentu kapasistas seorang guru juga harus semakin besar. Seorang guru apalagi di jaman sekarang, dituntut supaya tidak malas dalam menimba ilmu, banyak ikut kajian-kajian, baik kajian keagamaan maupun kajian kapasitas keilmuan yang dia miliki. Seorang guru jangan ragu untuk ikut aktif berorganisasi, karena dengan berorganisasi dia akan banyak memiliki kawan untuk diajak diskusi, dimintai saran dan pendapat ketika si guru ada masalah dalam pekerjaannya. Penulis masih mendapati guru-guru yang malas dan enggan untuk ikut-ikut kajian keilmuan bahkan aktif di organisasi juga hanya sekedar tumpang nama. Biasanya bagi guru seperti ini, tugas mengajar itu hanya sebagai sarana menggugurkan kewajiban, tanpa mau menambah kapasitasnya sebagai seorang pendidik, sementara jaman sekarang tantangannya sudah berbeda. Yang dihadapi oleh para guru saat ini adalah sebuah sistem, dimana sistem tersebut memerlukan pengetahuan yang sesuai dengan jamannya. Kurangnya ilmu ilmu dalam menghadapi sistem tersebut akan berakibat pada salah mengambil tindakan dan keputusan.

Sementara itu, orangtua di rumah pun diharapkan bisa bersama-sama memperhatikan anaknya. Karena dijaman serba teknologi ini, sedikit saja kita lengah memberikan perhatian kepada anak-anak kita, maka perhatian anak kita akan tertuju kepada hal lain. Mending kalau yang menjadi perhatian si anak itu hal yang positif, kalau negatif dan dapat membahayakan masa depannya tentu ini yang kita khawatirkan.

Banyak orangtua yang merasa cukup dengan sekedar menitipkan anaknya kepada guru di sekolah, lalu merasa dia sudah bertanggungjawab dengan masa depannya. Untuk di jaman sekarang ini, hal tersebut belumlah cukup, mengingat arusnya terlalu deras. Tidak mungkin untuk menahan arus yang deras itu menyerahkan sepenuhnya kepada guru di sekolah. Sebagai orangtua wajib kiranya ikut mengontrol sikap dan perilaku sang anak. Orangtua juga dituntut untuk belajar. Sekarang ini banyak forum-forum yang bisa di ikuti oleh para orangtua, di forum-forum tersebut para orangtua bisa belajar bagaimana menghadapi fenomena jaman sekarang, dimana semuanya serba teknologi, tentu cara mendidik anak juga sedikit banyaknya akan berbeda dengan cara mendidik anak di jaman dulu.

Dengan saling memahami peran masing-masing tersebut, tentunya diharapkan bahwa tugas guru sebagai pendidik yang akan menghasilkan generasi terbaik bangsa ini akan sedikit lebih ringan. Kita semua sama-sama mengingkan Indonesia tidak kehilangan generasi penerus estafet kepemimpinan di masa yang akan datang. Karena Indonesia kedepan, ditentukan oleh seberapa baik pendidikan yang diterima oleh generasi muda saat ini. Wallahu’alam.


No comments:

Post a Comment

LightBlog