LightBlog

Thursday, July 5, 2018

Sadar Berbohong

Oleh: Adi Fikri Humaidi

Dalam sebuah perjalanan menuju Serang untuk bertemu klien, di tengah perjalanan kira-kira 1 kilometer sebelum pasar Baros – Serang (yang biasa kondisi jalannya padat merayap) tiba-tiba saya saya di telepon oleh klien yang sudah lebih dahulu menunggu di lokasi (Giant Serang). “Sudah sampai mana kang Adi?” tanya dia membuka percakapan. “Sudah lewat Pasar Baros pak” jawab saya dengan sadar sekenanya, padahal waktu itu posisi saya terjebak macet sebelum Pasar Baros.
“Oh, Alhamdulillah, sebentar lagi sampai berarti. Dan telepon pun di tutup.

Tiba-tiba si Cinta Lita Budiarti Pamungkas nyahut, “Abi kok bohong?” Apa susahnya menyampaikan kita di lokasi sebenarnya” sambung si Cinta.

“Ya maksud abi supaya orang itu gak khawatir dan gelisah menunggu, jadi saat tahu lokasi kita sudah dekat dia agak tenangan,”. Jawab saya.

“Justru itu yang mengurangi keberkahan dalam pekerjaan bi, kita tidak tahu 1 atau 2 meter didepan kita, apakah kita masih selamat atau tidak. Bayangkan 1 meter dari sini tiba-tiba kita kecelakaan lalu meninggal, dan orang itu jadi tahu posisi kita ternyata belum sampai Pasar Baros, otomatis orang itu tahu bahwa pada saat dia nelpon tadi abi berbohong mengatakan posisi sudah lewat Pasar Baros. Dan akhir hayat abi di cap sebagai pembohong, naudzubillah. Jangan sampai bi,” Jelas si Cinta.


Pernah seperti kisah saya di atas tersebut? Mengatakan kepada teman, saudara atau klien saat di telpon menanyakan posisi kita dimana, lalu kita jawab dengan jawaban yang bukan sebenarnya.

Apapun maksud kita berbohong dalam posisi seperti itu, bohong tetaplah bohong yang akan tercatat bahwa itu adalah sebuah dosa. Dan dalam sebuah keterangan menyebutkan bahwa kebohongan akan selalu di ikuti oleh kebohongan lain, dan efek sebuah kebohongan itu gelisah meski saat itu keadaan tenang, sementara sebuah kejujuran akan mampu menyelesaikan masalah meski saat itu keadaan terlihat sulit.

Jadi teringat dengan sebuah nasehat seorang guru. Bekerja mencari nafkah itu pahalanya besar, ada keberkahan dalam setiap langkah kaki dan tetesan keringat yang keluar, namun apa jadinya jika didalam pekerjaan yang berpahala besar itu justru dikotori oleh sebuah sikap dan sifat yang dapat mengurangi bahkan mengotori keberkahan kita. Ibarat kata pepetah, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

LightBlog